First of all, what’s an unprotected web directory? It’s one that does not have an “index” file created for it–index.htm, index.html, index.php or some other more rarely used file types. If you try to access a non-password controlled directory that does not have an index file, the system will build a listing of files that are within the directory. If you get that, you can then click on the files and run them with a viewer or player or even download them.

I have to say I have not had this much fun with Google for a while! It’s just plain crazy seeing what people have stashed away in their web sites. (Please, don’t steal copyrighted music–I’m really against that. You can buy it for a buck a song anyway.) I think the absolute most fun you can have with this is to watch the movies you run across. I watched a hilarious British TV commercial, some interesting home videos, and some, well, you know, very interesting other types of videos.

So let’s get to the nitty gritty details. We need to construct a Google search query that searches for and recognizes these system built directory pages. Here’s what one looks like:


The words “Index of /” are common to these pages, and they end up in the “title” of the page. Unfortunately, Google sees the slash is a “stop word” so we cannot search for that. But, the problem is that without the slash there are all sorts of other pages that have the words “Index of” that are regular web pages. So, we need to find something else that is common. Within the page there are the headings of “name,” “last modified,” “size” and “description,” followed by the word “Parent Directory.” The combination of these words in the page body, and the “Index of” in the title should provide a pretty clean search, especially when we use the -inurl operator to exclude regular web pages that might have the same wording in them. (If all this has you confused, please read the Google Tutor Google Search Manual while referencing the sample queries below.)

So, for starters here is a query that will give you a search results page of unprotected directories:

But, this is kind of boring. Too many unknown program files, text files, web pages etc. Let’s narrow it down. You can narrow it down by looking for something in the name of a file in the list, or by the file type, or both.

For example, this query tries to find any types of files about Jennifer Lopez. Within the directories I found music, image and movie files.

Let’s say that we wanted to find any movie files in WMV or AVI format:

Or audio files in WMA or MP3 format:

Or images in JPG or GIF format:


You can get more specific by specifying both the file types and a search word to hopefully find in the name. For example, the following will attempt to find the infamous Paris Hilton video tape:

Or, you can even take a guess at the file name someone might call it:

So there you go. You can combine various search terms and experiment with this. As you’ve seen, this is not an exact science. The directory pages you bring up may have many or even all files which are unrelated to what you are looking for. But, it does make some good hits very often.

I find the most fun searching for movies with an interesting or provocative search term and seeing what comes up. The samples in this article are rather safe and boring, but I’m sure you all have some good ideas of what to try and search for. Do me a favor and post a comment with some interesting queries you’ve had success with, or crazy files that you’ve found (as long as nothing private is given out).

Maksud hati membantu suami menambah penghasilan, apa daya anak jadi korban. Akibat kerap meninggalkan buah hatinya, Hilal Aljajira (6), Erna Sutika (32) kini harus menelan pil pahit. Usus Hilal bocor dan membusuk hingga harus dipotong. Rupanya tiap hari Hilal hanya menyantap mi instan karena di rumah tak ada orang yang memasakkan makanan untuknya. Berikut cerita Erna.

Saat usia Hilal menginjak 2 tahun, aku memutuskan bekerja, membantu keuangan keluarga mengingat penghasilan suamiku, Saripudin (39), kurang mencukupi kebutuhan keluarga.

Aku bekerja di perusahaan pembuat bulu mata palsu, tak jauh dari rumah kami di Garut. Setiap berangkat kerja, Hilal kutitipkan kepada ibuku. Di situ, ibuku kerap memberinya mi instan. Bukan salah ibuku, sih, karena sebelumnya, aku juga suka memberinya makanan itu jika sedang tidak masak.

Ternyata, Hilal jadi “tergila-gila” makanan itu. Ia akan mengamuk dan mogok makan jika tak diberi mi instan. Ya, daripada cucunya kelaparan, ibuku akhirnya hanya mengalah dan menuruti kemauan Hilal. Lagi pula, kalau tidak diberi, Hilal pasti akan membeli sendiri mi instan di warung dekat rumah dengan uang jajan yang kuberikan. Praktis, sehari dua kali ia makan mi instan.


Dua kali dipotong

Kamis, 20 November 2008, Hilal mengeluh sakit perut. Kupikir sakit biasa. Anehnya, setelah tiga hari, sakitnya tak kunjung hilang dan ditambah ia tidak bisa buang air besar. Gara-gara itulah perutnya membesar.

Khawatir, kubawa Hilal ke mantri dekat rumah. Karena tetap tidak ada perubahan, kami kemudian membawanya ke RSU Dr Slamet, Garut. Ternyata hasil pemeriksaan dokter lebih menyeramkan dari yang kuduga. Kupikir, cukup dengan obat pencahar perut, sakit Hilal bisa segera sembuh. Rupanya tak segampang itu.

Hasil tes darah dan rontgen memperlihatkan, Hilal harus segera dioperasi karena beberapa bagian di ususnya bocor dan membusuk. Ketika kutanyakan apa penyebabnya, dokter menjawab, akibat dari kandungan makanan yang Hilal konsumsi selama ini tidak sehat dan membuat ususnya rusak. Saat itulah kutahu Hilal terlalu sering menyantap mi instan. Astagfirullah….

Atas rujukan dokter, kami kemudian membawa Hilal ke RS Hasan Sadikin, Bandung, dengan alasan peralatan medis di RS itu lebih lengkap. Sejak awal, tim dokter sudah pesimistis dengan kondisi Hilal yang begitu memprihatinkan dengan berat badan yang tidak sampai 11 kg. Dokter juga bilang, dari puluhan kasus serupa, hanya tiga orang yang bertahan hidup. Aku hanya bisa berserah pada Allah SWT.

Baru pada 25 November 2008 operasi dilakukan di RS Immanuel, Bandung. Saat itu aku sedang hamil tiga bulan. Dokter mengamputasi usus Hilal sekitar 10 cm. Untuk menyatukan bagian usus yang terputus itu, dokter menyambungnya dengan usus sintetis. Selain itu, dokter juga membuat lubang anus sementara (kolostomi) di dinding perut sebelah kanan.


Utang belum lunas

Ternyata cobaan kami belum berakhir sampai di situ. Tiga hari kemudian, dokter menemukan masih ada bagian usus yang bocor. Mau tidak mau, Hilal harus kembali naik ke meja operasi dan merelakan sebagian ususnya lagi.Jelas, aku dan suami sangat ingin Hilal sembuh. Namun, di sisi lain, penghasilanku sebagai buruh tidaklah seberapa. Setiap bulan, aku hanya bisa membawa pulang uang Rp 250.000 atau Rp 300.000 kalau lembur. Adapun suamiku penghasilannya tidak pernah menentu. Maklum, ia hanya kuli kasar di pabrik tahu di Bandung.

Sejak Hilal jatuh sakit, aku memutuskan berhenti bekerja. Alhasil, suamiku harus banting tulang mengerjakan pekerjaan apa pun asal menghasilkan uang. Kendati sudah bekerja begitu keras, rasanya sia-sia saja. Biaya operasi Hilal yang mencapai Rp 16 juta terasa begitu besar dan entah kapan bisa dilunasi. Apalagi, kami hanya punya waktu 10 hari untuk melunasinya. Untung pihak rumah sakit berbaik hati memberi kelonggaran waktu dua hari sehingga kami masih sempat meminjam uang ke beberapa keluarga dan tetangga.

Demi kesembuhan Hilal pula, kami harus lebih berhemat. Rumah kontrakan kami tinggalkan dan kami menumpang di rumah orangtuaku. Sebenarnya uang kontrakan rumah itu tidak terlalu besar, hanya Rp 300.000 per tahun, tapi tetap saja uang sebesar itu sangat berarti untuk biaya pengobatan Hilal.

Kata dokter, kolostomi di perut Hilal sudah bisa ditutup setelah tiga bulan. Namun, baru setelah delapan bulan kemudian, tepatnya 23 Juli 2009, operasi penutupan dilakukan. Apalagi kalau bukan masalah biaya. Itu pun bisa dilakukan karena kami dapat bantuan dari sebuah stasiun televisi swasta sebesar Rp 14 juta.

Soal utang ke keluarga dan tetangga sebesar Rp 16 juta, entah kapan bisa kami selesaikan. Kepalaku jadi tambah pening bila mengingat, sebentar lagi si sulung, Panda Erdini (11), akan masuk SMP.

 Sejak ususnya yang busuk dipotong, Hilal tidak lagi merasakan sakit pada bagian ususnya. Celakanya, rasa sakit justru berpindah ke bagian kolostominya. Setiap kali habis makan, makanan itu pasti langsung keluar melalui lubang anus buatan itu. Saat itulah dinding perutnya merasakan sakit yang luar biasa. Ia bisa menangis menjerit-jerit kesakitan.

Belum lagi plastik yang menempel untuk menampung feses yang penuh dan harus diganti dengan yang baru. Double tape yang sering kali dilepas dan dipasang membuat kulit perutnya iritasi dan perih.Jika sudah tak bisa menahan sakitnya, Hilal akan berujar, “Udah Hilal paeh aja! (Hilal lebih baik mati saja!)” Kadang juga ia berteriak minta maaf kepada Allah dan minta disembuhkan sambil mengatupkan kedua tangannya. Kasihan anakku.

Setiap hari, selama delapan bulan itu, ia hanya menghabiskan waktunya di tempat tidur. Hilal hanya mampu berjalan beberapa menit karena jika terlalu lama ia pasti langsung merasakan sakit di bagian kolostominya. Setiap malam, ia juga harus tertidur dengan paha diangkat menyentuh ke perutnya. Katanya, terasa enak dan membantu menahan rasa sakitnya.


Kapok Makan Mi

Agar ia tidak merasa bosan di kamar seharian, aku mengalihkan rasa sakitnya dengan mengajarinya membaca. Awalnya, sih, sekadar membacakan buku-buku cerita untuknya, tapi lama-kelamaan ia merasa tertarik untuk membaca. Aku dan Panda bergantian mengajarinya. Tidak terasa, saat ini ia sudah lancar membaca, lo.

Memang, sebetulnya Hilal anak yang sangat pintar dan aktif. Sebelumnya ia tidak pernah sakit dan sangat penurut. Namun, sejak kelahiran adiknya dua bulan lalu, Ilham Haki, ia menjadi lebih manja padaku. Ia melarangku menggendong dan menyusui adiknya. Aku, sih, maklum saja karena dia masih sakit dan mungkin takut rasa sayangku direbut oleh adiknya.

Sekarang Hilal sudah bisa berjalan lagi. Memang, sih, masih sedikit bongkok, tapi aku yakin dalam waktu dekat ia bisa berdiri dan berjalan dengan sempurna. Katanya, ia ingin segera sekolah.

Yang membuatku lega, sejak sakit itu, Hilal trauma dengan mi instan. Bahkan melihatnya saja, dia seakan tak sudi. Beda dengan dulu, sekarang ia sangat senang mengonsumsi makanan sehat, seperti sayur, daging, buah, dan susu. Susu memang dianjurkan dokter untuk membantu memperbaiki kondisi dan kinerja ususnya.

Mudah-mudahan ia bisa segera sembuh dari sakitnya dan menjadi anak yang pintar serta berprestasi di sekolahnya nanti. 

SISTEM PERMOHONAN KE TINGKATAN SATU (1) SEKOLAH SENI MALAYSIA AMBILAN 2016 SECARA ONLINE telah dibuka mulai 26 Mei 2015.Untuk memohon sila ke pautan sistem 'e-SSeM' di web KPM www.moe.gov.my.
Permohonan ini dibuka sehingga 5 September 2015. Sebarang pertanyaan hubungi Puan Zuraini Abu Hassan di talian 03-88721620 di Bahagian Kokurikulum dan Kesenian, KPM.

Pengambilan  tahun ini untuk mengisi  sekolah  seni  Sabah  di  Sandakan.

Mohon promosikan kepada ibubpa dan murid-murid tahun 6 2015..kita sama2 membantu mempromosikn permohonan supaya jumlah yang diperlukan mncukupi untuk mewujudkan sekolah seni Sabah..

Sumber: Akhbar Sinar Harian online

Sekadar gambar hiasan
KOTA BHARU - Ikatan Pengamal Perubatan dan Kesihatan Muslim Malaysia (I-Medik) fokus kempen ‘Say No To Zina’ kepada golongan sasar bagi mengekang peningkatan bilangan kelahiran anak luar nikah di negara ini.

Timbalan Pengerusi I-Medik, Prof Dr Zainur Rashid Zainuddin berkata, ia peranan kecil pihaknya dalam usaha membantu generasi muda agar tidak terjerumus dalam aktiviti tidak bermoral.

Menurutnya, kempen yang telah diperjuangkan hampir empat tahun itu sering menyasarkan sekolah menengah bagi mendekati golongan muda.

“Pengisian kita buat dalam bentuk ceramah dan latihan dalam kumpulan supaya mereka beri tumpuan lebih kepada akademik, kokurikulum serta fokus pada cita-cita.

“Mengikut rekod kita, pada 2006 hingga 2010, seramai 230,000 kelahiran anak luar nikah dicatatkan, hanya dalam tempoh empat tahun. Jumlah ini sangat ramai dan semua negeri tidak terkecuali,” katanya kepada Sinar Harian selepas menyampaikan bantuan hari raya kepada 300 keluarga daif dalam Dun Bunut Payong dengan kerjasama Yayasan Salam.

Turut hadir, Pengerusi Kesejahteraan Rakyat, Kesihatan, Alam Sekitar dan Badan Bukan Kerajaan, yang juga Adun Bunut Payong, Dr Ramli Mamat dan Timbalan Pengerusi Yayasan Ikhlas, Zaim Shaari.

Zainur Rashid berkata, keberkesanan kempen tersebut mungkin boleh diukur dalam tempoh jangka masa panjang berikutan ia memerlukan sokongan ramai pihak.

“Ini kerana, kelahiran anak luar nikah makin ramai di seluruh negara. Ini bukan usaha satu atau dua badan bukan kerajaan (NGO), sebaliknya membabitkan parlimen dan kementerian berkaitan.

“Lihat sahaja contoh pengguguran janin pada 2008 mencatatkan 96,000 kes. Purata sehari lebih 270 kes. Mungkin sekarang angka tersebut sudah lebih. Ia isu besar negara yang perlu ditangani bersama,” katanya.

Mengulas mengenai program tersebut, Zainur Rashid berkata, sumbangan tersebut adalah rentetan daripada misi kemanusiaan sebelum ini ketika Kelantan dilanda bah besar.

“Ia kesinambungan bantuan dalam tempoh banjir ke pasca banjir dan menjelang hari raya. Sebelum ini I-Medik hantar 17 kumpulan terdiri daripada doktor ke Manek Urai, Gua Musang, Kota Bharu dan Tanah Merah, selain menyumbangkan RM200,000 dalam bentuk ubat-ubatan.

“Ahli kita terdiri daripada doktor, pegawai sains, farmasi dan jururawat yang sentiasa bersedia memberi khidmat secara sukarela, malah kita pernah hantar doktor pakar ke Gaza, Palestin untuk misi kemanusiaan pada 2012, 2010 dan tahun lalu,” katanya.

Perkongsian ini mungkin boleh membantu anda mengatasi anak-anak yang suka menjerit, berguling-guling apabila tidak mendapat barang yang diingini. Baca perkongsian menarik di bawah:Anak anda suka menjerit?

Sepanjang saya menetap di Prague, ini satu perkara yang saya perasan. Anak-anak atau bayi di sini tidak pernah cakap atau menangis menjerit-jerit.Saya terfikir, "eh? takkan baik sangat bayi kat sini? Menangis menjerit itu pun ada kaitan dengan genetik mat salleh ke?". Sebab jika di Malaysia, saya selalu dengar budak-budak menangis berguling-guling ketika berada di mall terutamanya di bahagian barangan mainan kanak-kanak.

Saya ada tiga anak saudara, sebab itulah.Suatu hari ketika berada di dalam bas, saya terdengar seorang anak ini berbisik-bisik di telinga ibunya. Selepas itu ibunya membalasnya dengan cara yang sama.  Lama juga mereka berbisik-bisik. 

Saya pun cuba memasang telinga sebab saya rasa budak itu comel sangat. Setelah mendengar apa yang dibisikkan itu, barulah saya faham bahawa ibu dia sedang marah anak dia tetapi dalam cara berbisik. Mata budak itu berkaca sambil berbisik semula kepada ibunya kerana dia tidak berpuas hati dengan teguran yang diberikan.

Akhirnya, si kecil itu faham dan tunduk. Umurnya mungkin dalam lingkungan 5 tahun.Di dalam hati saya berkata, "patutlah tidak pernah dengar anak orang di sini menangis meraung-raung. Marah pun berbisik-bisik sahaja,". 

Kalau anak dia jauh, dia panggil suruh datang dekat, lepas itu tegur di telinga anak itu dengan pelahan.Jadi, saya membuat kesimpulan bahawa, apabila ibu bapa tidak menjerit memarahi anak-anak, anak-anak itu tadi tidak perlu menjerit untuk melawan suara ibu bapanya jika tidak berpuas hati dengan teguran yang disampaikan.

Tetapi saya faham di Malaysia agak panas. Belum sempat untuk tegur, hati sudah membara terbakar dulu.